Rabu, 16 Juli 2014

pemanfaatan temulawak dan kunyit sebagai feed additive herbal untuk ayam Broiler


Pemanfaatan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)  Dan Kunyit (Curcuma domestica Val) Sebagai Feed Additive Herbal Untuk Ayam Broiler
Oleh :
Putri Anggraini
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu


Abstrack

Ayam broiler yang diberi antibiotik sintetik pada pakannya akan menghasilkan daging yang kurang sehat untuk dikonsumsi oleh manusia. Hal ini disebabkan karena adanya ancaman residu bahan – bahan kimia didalam dagingnya. Temulawak dan kunyit adalah dua jenis tanaman herbal yang memiliki kandungan beberapa senyawa aktif seperti kurkumin dan xanthorrizol. Senyawa – senyawa kimia ini mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler. Seperti meningkatkan produktivitas dan kualitas karkas yang dihasilkan. Dengan kemampuan ini, temulawak dan kunyit sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai feed additive herbal untuk menggantikan antibiotik sintetik yang berbahaya bagi ternak dan manusia. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat dari temulawak dan kunyit terhadap ayam broiler. Dari beberapa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pemberian temulawak dan kunyit untuk ayam broiler memberikan dampak yang cukup baik. Salah satunya adalah hasil penelitian yang dilaporkan oleh Sufriyanto dan Mohandas (2005) menyatakan bahwa pemberian ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging yang sama dengan ayam broiler yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik.

Kata kunci : ayam broiler, temulawak, kunyit, feed additive, antibiotik sintetik.


Pendahuluan

Ayam broiler adalah salah satu jenis ternak yang memberikan kontribusi cukup besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewan masyarakat indonesia. Setiap tahunnya kebutuhan masyarakat akan daging broiler terus meningkat. peningkatan ini terjadi karena daging broiler ini harganya hampir terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Ayam broiler adalah salah satu jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat. Pada umur 5 - 6 minggu ayam broiler sudah bisa dipanen. Namun laju pertumbuhan yang cepat ini banyak mendatangkan permasalahan bagi para peternak selain membutuhkan pakan yang banyak juga daging yang dihasilkan memiliki perlemakan yang tinggi. Efisiensi pakan oleh ternak broiler sangat rendah karena harga pakan yang sangat mahal, sehingga para peternak biasa memberikan pakan dengan kadar lemak tinggi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan memberikan feed additive atau imbuhan pakan dalam bentuk antibiotik sintetik agar penyerapan zat makanan didalam tubuh broiler bisa berlangsung dengan maksimal.  
Pemberian pakan yang mengadung kadar lemak tinggi mengakibatkan tingginya perlemakan pada daging broiler, sehingga kadar kolestrol yang terdapat pada daging broiler akan sangat tinggi. Tingginya kadar kolestrol ini menurunkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler. Karena saat ini masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat dan rendah kolestrol.
Penggunaan antibiotik sintetik juga menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan manusia. Hal ini disebabkan karena antibiotik sintetik yang terdiri atas bahan – bahan kimia ini, akan teresidu didalam daging ayam yang dihasilkan. Residu bahan – bahan kimi ini sangat buruk dampaknya bagi kesehatan tubuh manusia dan broiler itu sendiri. Karena dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap anibiotik, serta dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis penyakit.
Untuk mencegah terjadinya dampak – dampak buruk dari penggunaan antibiotik sintetik dan pemberian pakan tinggi lemak, salah satu langkah yang dapat kita lakukan adalah mengganti antibiotik sintetik yang biasa digunakan dengan antibiotik herbal dari tumbuh – tumbuhan yang mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik dan tidak berbahaya bagi manusia.
Temulawak dan kunyit adalah beberapa jenis tanaman yang bisa kita gunakan untuk menggantikan antibiotik sintetik. Temulawak dan kunyit memiliki kandungan senyawa aktif atau bioaktif yang memiliki fungsi seperti bahan- bahan kimia pada antibiotik sintetik. Senyawa aktif tersebut adalah kurkumin dan xanthorizol. Menurut Rukayadi dan Hwang (2006) efektifitas xanthorrhizol yang diisolasi dari temulawak khasiatnya sama dengan antijamur komersil jenis amphotericin B.
Potensi kunyit dan temulawak sebagai feed additive untuk ayam boiler 
Temulawak dan kunyit adalah dua jenis tanaman yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan dan bahan obat-obatan. Beberapa penelitian secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus dan bakteri baik gram positif maupun gram negatif seperti Escherchia coli, Klebsiela pneumoniae dan Staphylococcus aereus (Hidayati, 2002: 43). Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui, yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut curcuminoid sebanyak 5% (meliputi curcumin 50-60%, monodesmetoksicurcumin dan bidesmetoksicurcumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Animous, 2012).
                                                           
Rimpang temulawak mempunyai berbagai khasiat yaitu sebagai analgesik,  antibakteri, antijamur, antidiabetik, antidiare, antiinflamasi, antihepatotoksik,  antioksidan, antitumor, depresan, diuretik, hipolipidemik, dan insektisida (Purnomowati 2008). Sidik et al (1995) melaporkan, komposisi kimia rimpang temulawak tersusun atas pati sebanyak 48 - 59.64%, kurkuminoid 1.6 - 2.2%,  dan minyak atsiri 1.48 - 1.63% . Pati tersusun atas abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan dan kadniu. Sedangkan untuk komponen minyak atsiri temulawak tersusun atas feladren, kamfer, tumerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, ß-tumereon dan xantorizol (Rahardjo & Rostiana, 2005).
                         

Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak terhadap produktivitas ayam broiler

Pemberian temulawak dan kunyit pada ayam broiler dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya zat fitokimia yang terkandung didalam rimpang temulawak dan kunyit. Temulawak mengandung zat fitokimia yang biasa disebut desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin sedangkan untuk zat fitokimia kunyit biasa disebut desmetoksikurkumin. Zat – zat fitokimia ini dapat mempengaruhi nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati serta tampilan limfosit darah.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan produktivitas ayam broiler adalah kondisi kesehatan yang optimal. Dengan kondisi kesehatan yang optimal proses metabolisme dan penyerapan zat makanan yang terjadi didalam tubuh ayam akan berlangsung dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Sufriyanto dan Mohandas (2005) membuktikan bahwa pemberian ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging yang sama dengan ayam broiler yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak temulawak dan kunyit dapat menggantikan penggunaan vitamin dan antibiotik sintetik pada ayam broiler. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Praktikno (2010) yaitu ayam broiler yang diberi ekstrak kunyit sebesar 400 mg /kg BB/hari mampu meningkatkan bobot badan yang lebih besar jika dibandingkan dengan broiler tanpa perlakuan.
Kedua hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Sinurat et al (2009) yang menyatakan bahwa pemberian tepung temulawak dan kunyit pada ransum ayam broiler tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler tersebut. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan perlakuan serta bentuk temulawak dan kunytit yang diberikan pda ayam broiler. Pada hasil penelitian yang menyatakan pemberian temulawak dan kunyit memberikan pengaruh terhadap bobot badan ayam broiler, bentuk temulawak dan kunyitnya adalah bebentuk ekstrak yang dicampurkan pada air minum dan kapsul yang diberikan secara oral sedangkan pada penelitian yang menyatakan penggunaan temulawak dan kunyit tidak memberikan pengaruh adalah berbentuk tepung yang dicampurkan dengan pakan dalam ransum.  Perbedaan bentuk dan cara pemberian ini mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah temulawak dan kunyit yang diserap oleh alat – alat pencernaan ayam broiler sehingga memberikan hasil yang berbeda pula.
Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak terhadap kualitas produk ayam broiler
Bahan – bahan kimia yang terkandung di dalam rimpang temulawak dan kunyit tidak memberikan pengaruh yang buruk bagi tubuh manusia. Hal inilah yang salah satunya menjadi pertimbangan untuk menjadikan temulawak dan kunyit sebagai feed additive herbal untuk ternak broiler. Kualitas daging ayam broiler  yang diberi antibiotik sintetik kemungkinan besar mengandung residu bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Dalam dunia peternakan pemasaran produk sangat dipengaruhi oleh kualitas dari produk yang dihasilkan. Daging broiler yang baik dan sehat adalah daging yang warnanya terlihat cerah dan terang. Selain warna kualitas daging broiler juga dapat dilihat dari keempukan, bau dan pHnya.
 Temulawak dan kunyit megandung zat warna yang berasal dari pigmen rimpangnya yang mengandung zat warna kuning (kurkumoid). Zat warna ini diduga dapat menambah cerah warna pada daging ayam broiler. Penelitian yang dilakukan oleh Masni et al (2010) memperlihatkan bahwa ayam broiler yang diberi ekstrak  temulawak dan kunyit pada ransumnya sebanyak 3% akan menghasilkan daging dengan tingkat kecerahan terbaik yaitu sebesar 3,08 – 4,36 dan keempukan yang berkisar antara 3,52 – 4,48 dari nilai rata – rata perlakuan. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Yunilas et al (2005) yang menyatakan bahwa pemberian tepung temulawak dan kunyit pada ransum ayam broiler sebesar 4% tidak memberikan pengaruh terhadapa warna daging dan keempukan dari daging yang dihasilkan. Perbedaan hasil ini kemungkinan besar disebabkan karena perbedaan dosis dan bentuk dari temulawak dan kunyit yang diberikan kepada ternak.





Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
·         Dengan kandungan senyawa – senyawa aktifnya temulawak dan kunyit berpotensi untuk dijadikan feed additive herbal untuk ternak ayam broiler sebagai pengganti antibiotik sintetik.
·         Untuk mendapatkan daging dengan kualitas baik, pemberian temulawak dan kunyit kepada ternak ayam broiler sebaiknya dalam bentuk ekstrak dan kapsul agar mampu diserap dengan optimal oleh organ pencernaan ayam broiler tersebut.
·         Dengan memanfaatkan temulawak dan kunyit sebagai feed additive herbal kita akan memperoleh daging yang bebas dari ancaman residu bahan – bahan kimia berbahaya, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran untuk mengkonsumsi daging ayam broiler.


Daftar pustaka

Farrell, K.T. 1990. Spices, Condiments, and Seasonings. The AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.
Hidayati, E., Juli, N., Marwani, E. (2002). Isolasi Enterobacteriaceae Patogen dari Makanan Berbumbu dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa L.) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi. Bandung :Departemen Biologi, FPMIPA ITB.
Masni, Arif Ismanto, dan Maria Belgis. 2010. Pengaruh Penambahan kunyit (Curcuma domestica Val) atau Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam Air Minum terhadap Persentase dan Kualitas Organoleptik Karkas Ayam Broiler. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 6, No. 1 Maret 2010: 7-14.
Pratikno, Herry. 2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Vahl) terhadap Bobot Badan Ayam Broiler (Gallus Sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVII, No. 2 Oktober 2010: 39 – 46.
Rahardjo M, Rostiana O. 2005. Budidaya Tanaman Temulawak. Bogor: Balai Penelitian Obat dan Aromatika. Sirkuler No. 11.
Shankaracharya, N.B. dan C.P. Natarajan.  1977. Role of Spices in Health. J. Health Sci. III : 99, India.
Sidik, Mulyono MW, Mutadi A. 1995. Temulawak (Curcuma Xanthorriza Robx). Jakarta : Phyto Medika.
Sinurat, A. P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, M. Raharjo dan M. Rizal. 2009. Pemanfaatan Kunyit dan Temulawak sebagai Imbuhan Pakan untuk ayam Broiler. JITV Vol. 14 No. 2 Th 2009: 90-96.
Sufiriyatno dan Mohandas Indradji. 2005. Efektivitas Pemberian Ekstrak Temulawak ( Curcumae xanthoriza) dan Kunyit (Curcumae domestica) sebagai Immunostimulator Flu Burung pada Ayam Niaga Pedaging. Animal Production Vol. 9, No. 3 september 2005 : 178-183.
Sumiaty, 1997. Minuman Berkhasiat dari Temulawak (Curcuma xanthorriza). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. 
Yunilas, Edhy Mirwandhono, dan Olivia Sinaga. 2005. Pengaruh Pemberian Tepung Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu. Jurnal Agribisnis peternakan Vol. 1, No. 2, agustus 2005: 62-66.

Pemanfaatan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)  Dan Kunyit (Curcuma domestica Val) Sebagai Feed Additive Herbal Untuk Ayam Broiler
Oleh :
Putri Anggraini
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu


Abstrack

Ayam broiler yang diberi antibiotik sintetik pada pakannya akan menghasilkan daging yang kurang sehat untuk dikonsumsi oleh manusia. Hal ini disebabkan karena adanya ancaman residu bahan – bahan kimia didalam dagingnya. Temulawak dan kunyit adalah dua jenis tanaman herbal yang memiliki kandungan beberapa senyawa aktif seperti kurkumin dan xanthorrizol. Senyawa – senyawa kimia ini mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler. Seperti meningkatkan produktivitas dan kualitas karkas yang dihasilkan. Dengan kemampuan ini, temulawak dan kunyit sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai feed additive herbal untuk menggantikan antibiotik sintetik yang berbahaya bagi ternak dan manusia. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat dari temulawak dan kunyit terhadap ayam broiler. Dari beberapa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pemberian temulawak dan kunyit untuk ayam broiler memberikan dampak yang cukup baik. Salah satunya adalah hasil penelitian yang dilaporkan oleh Sufriyanto dan Mohandas (2005) menyatakan bahwa pemberian ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging yang sama dengan ayam broiler yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik.

Kata kunci : ayam broiler, temulawak, kunyit, feed additive, antibiotik sintetik.


Pendahuluan

Ayam broiler adalah salah satu jenis ternak yang memberikan kontribusi cukup besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewan masyarakat indonesia. Setiap tahunnya kebutuhan masyarakat akan daging broiler terus meningkat. peningkatan ini terjadi karena daging broiler ini harganya hampir terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Ayam broiler adalah salah satu jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat. Pada umur 5 - 6 minggu ayam broiler sudah bisa dipanen. Namun laju pertumbuhan yang cepat ini banyak mendatangkan permasalahan bagi para peternak selain membutuhkan pakan yang banyak juga daging yang dihasilkan memiliki perlemakan yang tinggi. Efisiensi pakan oleh ternak broiler sangat rendah karena harga pakan yang sangat mahal, sehingga para peternak biasa memberikan pakan dengan kadar lemak tinggi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan memberikan feed additive atau imbuhan pakan dalam bentuk antibiotik sintetik agar penyerapan zat makanan didalam tubuh broiler bisa berlangsung dengan maksimal.  
Pemberian pakan yang mengadung kadar lemak tinggi mengakibatkan tingginya perlemakan pada daging broiler, sehingga kadar kolestrol yang terdapat pada daging broiler akan sangat tinggi. Tingginya kadar kolestrol ini menurunkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler. Karena saat ini masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat dan rendah kolestrol.
Penggunaan antibiotik sintetik juga menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan manusia. Hal ini disebabkan karena antibiotik sintetik yang terdiri atas bahan – bahan kimia ini, akan teresidu didalam daging ayam yang dihasilkan. Residu bahan – bahan kimi ini sangat buruk dampaknya bagi kesehatan tubuh manusia dan broiler itu sendiri. Karena dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap anibiotik, serta dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis penyakit.
Untuk mencegah terjadinya dampak – dampak buruk dari penggunaan antibiotik sintetik dan pemberian pakan tinggi lemak, salah satu langkah yang dapat kita lakukan adalah mengganti antibiotik sintetik yang biasa digunakan dengan antibiotik herbal dari tumbuh – tumbuhan yang mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik dan tidak berbahaya bagi manusia.
Temulawak dan kunyit adalah beberapa jenis tanaman yang bisa kita gunakan untuk menggantikan antibiotik sintetik. Temulawak dan kunyit memiliki kandungan senyawa aktif atau bioaktif yang memiliki fungsi seperti bahan- bahan kimia pada antibiotik sintetik. Senyawa aktif tersebut adalah kurkumin dan xanthorizol. Menurut Rukayadi dan Hwang (2006) efektifitas xanthorrhizol yang diisolasi dari temulawak khasiatnya sama dengan antijamur komersil jenis amphotericin B.
Potensi kunyit dan temulawak sebagai feed additive untuk ayam boiler 
Temulawak dan kunyit adalah dua jenis tanaman yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan dan bahan obat-obatan. Beberapa penelitian secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus dan bakteri baik gram positif maupun gram negatif seperti Escherchia coli, Klebsiela pneumoniae dan Staphylococcus aereus (Hidayati, 2002: 43). Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui, yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut curcuminoid sebanyak 5% (meliputi curcumin 50-60%, monodesmetoksicurcumin dan bidesmetoksicurcumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Animous, 2012).
                                                           
Rimpang temulawak mempunyai berbagai khasiat yaitu sebagai analgesik,  antibakteri, antijamur, antidiabetik, antidiare, antiinflamasi, antihepatotoksik,  antioksidan, antitumor, depresan, diuretik, hipolipidemik, dan insektisida (Purnomowati 2008). Sidik et al (1995) melaporkan, komposisi kimia rimpang temulawak tersusun atas pati sebanyak 48 - 59.64%, kurkuminoid 1.6 - 2.2%,  dan minyak atsiri 1.48 - 1.63% . Pati tersusun atas abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan dan kadniu. Sedangkan untuk komponen minyak atsiri temulawak tersusun atas feladren, kamfer, tumerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, ß-tumereon dan xantorizol (Rahardjo & Rostiana, 2005).
                         

Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak terhadap produktivitas ayam broiler

Pemberian temulawak dan kunyit pada ayam broiler dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya zat fitokimia yang terkandung didalam rimpang temulawak dan kunyit. Temulawak mengandung zat fitokimia yang biasa disebut desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin sedangkan untuk zat fitokimia kunyit biasa disebut desmetoksikurkumin. Zat – zat fitokimia ini dapat mempengaruhi nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati serta tampilan limfosit darah.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan produktivitas ayam broiler adalah kondisi kesehatan yang optimal. Dengan kondisi kesehatan yang optimal proses metabolisme dan penyerapan zat makanan yang terjadi didalam tubuh ayam akan berlangsung dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Sufriyanto dan Mohandas (2005) membuktikan bahwa pemberian ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging yang sama dengan ayam broiler yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak temulawak dan kunyit dapat menggantikan penggunaan vitamin dan antibiotik sintetik pada ayam broiler. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Praktikno (2010) yaitu ayam broiler yang diberi ekstrak kunyit sebesar 400 mg /kg BB/hari mampu meningkatkan bobot badan yang lebih besar jika dibandingkan dengan broiler tanpa perlakuan.
Kedua hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Sinurat et al (2009) yang menyatakan bahwa pemberian tepung temulawak dan kunyit pada ransum ayam broiler tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler tersebut. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan perlakuan serta bentuk temulawak dan kunytit yang diberikan pda ayam broiler. Pada hasil penelitian yang menyatakan pemberian temulawak dan kunyit memberikan pengaruh terhadap bobot badan ayam broiler, bentuk temulawak dan kunyitnya adalah bebentuk ekstrak yang dicampurkan pada air minum dan kapsul yang diberikan secara oral sedangkan pada penelitian yang menyatakan penggunaan temulawak dan kunyit tidak memberikan pengaruh adalah berbentuk tepung yang dicampurkan dengan pakan dalam ransum.  Perbedaan bentuk dan cara pemberian ini mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah temulawak dan kunyit yang diserap oleh alat – alat pencernaan ayam broiler sehingga memberikan hasil yang berbeda pula.
Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak terhadap kualitas produk ayam broiler
Bahan – bahan kimia yang terkandung di dalam rimpang temulawak dan kunyit tidak memberikan pengaruh yang buruk bagi tubuh manusia. Hal inilah yang salah satunya menjadi pertimbangan untuk menjadikan temulawak dan kunyit sebagai feed additive herbal untuk ternak broiler. Kualitas daging ayam broiler  yang diberi antibiotik sintetik kemungkinan besar mengandung residu bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Dalam dunia peternakan pemasaran produk sangat dipengaruhi oleh kualitas dari produk yang dihasilkan. Daging broiler yang baik dan sehat adalah daging yang warnanya terlihat cerah dan terang. Selain warna kualitas daging broiler juga dapat dilihat dari keempukan, bau dan pHnya.
 Temulawak dan kunyit megandung zat warna yang berasal dari pigmen rimpangnya yang mengandung zat warna kuning (kurkumoid). Zat warna ini diduga dapat menambah cerah warna pada daging ayam broiler. Penelitian yang dilakukan oleh Masni et al (2010) memperlihatkan bahwa ayam broiler yang diberi ekstrak  temulawak dan kunyit pada ransumnya sebanyak 3% akan menghasilkan daging dengan tingkat kecerahan terbaik yaitu sebesar 3,08 – 4,36 dan keempukan yang berkisar antara 3,52 – 4,48 dari nilai rata – rata perlakuan. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Yunilas et al (2005) yang menyatakan bahwa pemberian tepung temulawak dan kunyit pada ransum ayam broiler sebesar 4% tidak memberikan pengaruh terhadapa warna daging dan keempukan dari daging yang dihasilkan. Perbedaan hasil ini kemungkinan besar disebabkan karena perbedaan dosis dan bentuk dari temulawak dan kunyit yang diberikan kepada ternak.





Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
·         Dengan kandungan senyawa – senyawa aktifnya temulawak dan kunyit berpotensi untuk dijadikan feed additive herbal untuk ternak ayam broiler sebagai pengganti antibiotik sintetik.
·         Untuk mendapatkan daging dengan kualitas baik, pemberian temulawak dan kunyit kepada ternak ayam broiler sebaiknya dalam bentuk ekstrak dan kapsul agar mampu diserap dengan optimal oleh organ pencernaan ayam broiler tersebut.
·         Dengan memanfaatkan temulawak dan kunyit sebagai feed additive herbal kita akan memperoleh daging yang bebas dari ancaman residu bahan – bahan kimia berbahaya, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran untuk mengkonsumsi daging ayam broiler.


Daftar pustaka

Farrell, K.T. 1990. Spices, Condiments, and Seasonings. The AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.
Hidayati, E., Juli, N., Marwani, E. (2002). Isolasi Enterobacteriaceae Patogen dari Makanan Berbumbu dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa L.) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi. Bandung :Departemen Biologi, FPMIPA ITB.
Masni, Arif Ismanto, dan Maria Belgis. 2010. Pengaruh Penambahan kunyit (Curcuma domestica Val) atau Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam Air Minum terhadap Persentase dan Kualitas Organoleptik Karkas Ayam Broiler. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 6, No. 1 Maret 2010: 7-14.
Pratikno, Herry. 2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Vahl) terhadap Bobot Badan Ayam Broiler (Gallus Sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVII, No. 2 Oktober 2010: 39 – 46.
Rahardjo M, Rostiana O. 2005. Budidaya Tanaman Temulawak. Bogor: Balai Penelitian Obat dan Aromatika. Sirkuler No. 11.
Shankaracharya, N.B. dan C.P. Natarajan.  1977. Role of Spices in Health. J. Health Sci. III : 99, India.
Sidik, Mulyono MW, Mutadi A. 1995. Temulawak (Curcuma Xanthorriza Robx). Jakarta : Phyto Medika.
Sinurat, A. P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, M. Raharjo dan M. Rizal. 2009. Pemanfaatan Kunyit dan Temulawak sebagai Imbuhan Pakan untuk ayam Broiler. JITV Vol. 14 No. 2 Th 2009: 90-96.
Sufiriyatno dan Mohandas Indradji. 2005. Efektivitas Pemberian Ekstrak Temulawak ( Curcumae xanthoriza) dan Kunyit (Curcumae domestica) sebagai Immunostimulator Flu Burung pada Ayam Niaga Pedaging. Animal Production Vol. 9, No. 3 september 2005 : 178-183.
Sumiaty, 1997. Minuman Berkhasiat dari Temulawak (Curcuma xanthorriza). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. 
Yunilas, Edhy Mirwandhono, dan Olivia Sinaga. 2005. Pengaruh Pemberian Tepung Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu. Jurnal Agribisnis peternakan Vol. 1, No. 2, agustus 2005: 62-66.