Pemanfaatan Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb) Dan Kunyit (Curcuma
domestica Val) Sebagai Feed
Additive Herbal Untuk Ayam Broiler
Oleh :
Putri Anggraini
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu
Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu
Abstrack
Ayam broiler yang diberi
antibiotik sintetik pada pakannya akan menghasilkan daging yang kurang sehat
untuk dikonsumsi oleh manusia. Hal ini disebabkan karena adanya ancaman residu
bahan – bahan kimia didalam dagingnya. Temulawak dan kunyit adalah dua jenis
tanaman herbal yang memiliki kandungan beberapa senyawa aktif seperti kurkumin
dan xanthorrizol. Senyawa – senyawa kimia ini mampu menggantikan fungsi dari
antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler. Seperti meningkatkan
produktivitas dan kualitas karkas yang dihasilkan. Dengan kemampuan ini,
temulawak dan kunyit sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai feed additive
herbal untuk menggantikan antibiotik sintetik yang berbahaya bagi ternak dan
manusia. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat dari
temulawak dan kunyit terhadap ayam broiler. Dari beberapa penelitian tersebut
dapat diketahui bahwa pemberian temulawak dan kunyit untuk ayam broiler
memberikan dampak yang cukup baik. Salah satunya adalah hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Sufriyanto dan Mohandas (2005) menyatakan bahwa pemberian
ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak
kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging
yang sama dengan ayam broiler yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik.
Kata kunci : ayam broiler, temulawak, kunyit, feed additive, antibiotik sintetik.
Pendahuluan
Ayam broiler adalah salah satu jenis ternak yang
memberikan kontribusi cukup besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewan
masyarakat indonesia. Setiap tahunnya kebutuhan masyarakat akan daging broiler
terus meningkat. peningkatan ini terjadi karena daging broiler ini harganya
hampir terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Ayam broiler adalah salah satu jenis ternak unggas
yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat. Pada umur 5 - 6 minggu ayam
broiler sudah bisa dipanen. Namun laju pertumbuhan yang cepat ini banyak
mendatangkan permasalahan bagi para peternak selain membutuhkan pakan yang
banyak juga daging yang dihasilkan memiliki perlemakan yang tinggi. Efisiensi
pakan oleh ternak broiler sangat rendah karena harga pakan yang sangat mahal,
sehingga para peternak biasa memberikan pakan dengan kadar lemak tinggi untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan pakan dan memberikan feed additive atau imbuhan pakan
dalam bentuk antibiotik sintetik agar penyerapan zat makanan didalam tubuh
broiler bisa berlangsung dengan maksimal.
Pemberian pakan yang mengadung kadar lemak tinggi mengakibatkan
tingginya perlemakan pada daging broiler, sehingga kadar kolestrol yang
terdapat pada daging broiler akan sangat tinggi. Tingginya kadar kolestrol ini
menurunkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler. Karena saat ini
masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat dan
rendah kolestrol.
Penggunaan antibiotik sintetik juga menimbulkan dampak
yang buruk bagi kesehatan manusia. Hal ini disebabkan karena antibiotik
sintetik yang terdiri atas bahan – bahan kimia ini, akan teresidu didalam
daging ayam yang dihasilkan. Residu bahan – bahan kimi ini sangat buruk
dampaknya bagi kesehatan tubuh manusia dan broiler itu sendiri. Karena dapat
menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap anibiotik, serta dapat menyebabkan
terjadinya berbagai jenis penyakit.
Untuk mencegah terjadinya dampak – dampak buruk dari
penggunaan antibiotik sintetik dan pemberian pakan tinggi lemak, salah satu
langkah yang dapat kita lakukan adalah mengganti antibiotik sintetik yang biasa
digunakan dengan antibiotik herbal dari tumbuh – tumbuhan yang mampu
menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik dan tidak berbahaya bagi manusia.
Temulawak dan kunyit adalah beberapa jenis tanaman
yang bisa kita gunakan untuk menggantikan antibiotik sintetik. Temulawak dan
kunyit memiliki kandungan senyawa aktif atau bioaktif yang memiliki fungsi
seperti bahan- bahan kimia pada antibiotik sintetik. Senyawa aktif tersebut
adalah kurkumin dan xanthorizol. Menurut Rukayadi dan
Hwang (2006) efektifitas xanthorrhizol yang diisolasi dari temulawak
khasiatnya sama dengan antijamur komersil jenis amphotericin B.
Potensi
kunyit dan temulawak sebagai feed additive untuk ayam boiler
Temulawak dan kunyit adalah dua jenis tanaman yang
biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan dan bahan
obat-obatan. Beberapa penelitian secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa
aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus dan
bakteri baik gram positif maupun gram negatif seperti Escherchia coli, Klebsiela pneumoniae dan Staphylococcus aereus
(Hidayati, 2002: 43). Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui, yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa
monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen,
alfa dan beta-turmerone), zat
warna kuning yang disebut curcuminoid sebanyak 5% (meliputi curcumin 50-60%, monodesmetoksicurcumin dan bidesmetoksicurcumin),
protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Animous, 2012).

Rimpang temulawak mempunyai berbagai khasiat yaitu
sebagai analgesik, antibakteri,
antijamur, antidiabetik, antidiare, antiinflamasi, antihepatotoksik, antioksidan, antitumor, depresan, diuretik,
hipolipidemik, dan insektisida (Purnomowati 2008). Sidik et al (1995)
melaporkan, komposisi kimia rimpang temulawak tersusun atas pati sebanyak 48 -
59.64%, kurkuminoid 1.6 - 2.2%, dan minyak atsiri
1.48 - 1.63% . Pati tersusun atas abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid,
kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan dan kadniu. Sedangkan untuk komponen minyak atsiri temulawak tersusun
atas feladren, kamfer, tumerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen,
zingiberen, kuzerenon, germakron, ß-tumereon dan xantorizol (Rahardjo & Rostiana, 2005).

Pengaruh pemberian kunyit dan temulawak terhadap
produktivitas ayam broiler
Pemberian temulawak dan kunyit pada ayam broiler dapat
meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya zat fitokimia
yang terkandung didalam rimpang temulawak dan kunyit. Temulawak mengandung zat
fitokimia yang biasa disebut desmetoksikurkumin
dan bisdesmetoksikurkumin sedangkan
untuk zat fitokimia kunyit biasa disebut desmetoksikurkumin.
Zat – zat fitokimia ini dapat mempengaruhi nafsu makan, meningkatkan sekresi
empedu, memperbaiki fungsi hati serta tampilan limfosit darah.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan produktivitas ayam broiler adalah kondisi kesehatan yang optimal. Dengan
kondisi kesehatan yang optimal proses metabolisme dan penyerapan zat makanan
yang terjadi didalam tubuh ayam akan berlangsung dengan baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Sufriyanto dan Mohandas (2005) membuktikan bahwa pemberian
ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak
kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging
yang sama dengan ayam broiler yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik. Hal
ini memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak temulawak dan kunyit dapat
menggantikan penggunaan vitamin dan antibiotik sintetik pada ayam broiler. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Praktikno
(2010) yaitu ayam broiler yang diberi ekstrak kunyit sebesar 400 mg /kg BB/hari
mampu meningkatkan bobot badan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
broiler tanpa perlakuan.
Kedua hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang disampaikan oleh Sinurat et al (2009) yang menyatakan bahwa
pemberian tepung temulawak dan kunyit pada ransum ayam broiler tidak memberikan
pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler tersebut. Perbedaan
hasil penelitian ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan perlakuan
serta bentuk temulawak dan kunytit yang diberikan pda ayam broiler. Pada hasil
penelitian yang menyatakan pemberian temulawak dan kunyit memberikan pengaruh
terhadap bobot badan ayam broiler, bentuk temulawak dan kunyitnya adalah
bebentuk ekstrak yang dicampurkan pada air minum dan kapsul yang diberikan
secara oral sedangkan pada penelitian yang menyatakan penggunaan temulawak dan
kunyit tidak memberikan pengaruh adalah berbentuk tepung yang dicampurkan
dengan pakan dalam ransum. Perbedaan
bentuk dan cara pemberian ini mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah
temulawak dan kunyit yang diserap oleh alat – alat pencernaan ayam broiler
sehingga memberikan hasil yang berbeda pula.
Pengaruh
pemberian kunyit dan temulawak terhadap kualitas produk ayam broiler
Bahan – bahan kimia yang terkandung di dalam rimpang
temulawak dan kunyit tidak memberikan pengaruh yang buruk bagi tubuh manusia.
Hal inilah yang salah satunya menjadi pertimbangan untuk menjadikan temulawak
dan kunyit sebagai feed additive herbal untuk ternak broiler. Kualitas daging
ayam broiler yang diberi antibiotik
sintetik kemungkinan besar mengandung residu bahan kimia yang berbahaya bagi
tubuh manusia.
Dalam dunia peternakan pemasaran produk sangat
dipengaruhi oleh kualitas dari produk yang dihasilkan. Daging broiler yang baik
dan sehat adalah daging yang warnanya terlihat cerah dan terang. Selain warna
kualitas daging broiler juga dapat dilihat dari keempukan, bau dan pHnya.
Temulawak dan
kunyit megandung zat warna yang berasal dari pigmen rimpangnya yang mengandung
zat warna kuning (kurkumoid). Zat
warna ini diduga dapat menambah cerah warna pada daging ayam broiler.
Penelitian yang dilakukan oleh Masni et al (2010) memperlihatkan bahwa ayam
broiler yang diberi ekstrak temulawak
dan kunyit pada ransumnya sebanyak 3% akan menghasilkan daging dengan tingkat
kecerahan terbaik yaitu sebesar 3,08 – 4,36 dan keempukan yang berkisar antara
3,52 – 4,48 dari nilai rata – rata perlakuan. Hasil penelitian ini berbeda
dengan yang disampaikan oleh Yunilas et al (2005) yang menyatakan bahwa
pemberian tepung temulawak dan kunyit pada ransum ayam broiler sebesar 4% tidak
memberikan pengaruh terhadapa warna daging dan keempukan dari daging yang
dihasilkan. Perbedaan hasil ini kemungkinan besar disebabkan karena perbedaan
dosis dan bentuk dari temulawak dan kunyit yang diberikan kepada ternak.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
·
Dengan kandungan
senyawa – senyawa aktifnya temulawak dan kunyit berpotensi untuk dijadikan feed
additive herbal untuk ternak ayam broiler sebagai pengganti antibiotik
sintetik.
·
Untuk
mendapatkan daging dengan kualitas baik, pemberian temulawak dan kunyit kepada
ternak ayam broiler sebaiknya dalam bentuk ekstrak dan kapsul agar mampu diserap
dengan optimal oleh organ pencernaan ayam broiler tersebut.
·
Dengan
memanfaatkan temulawak dan kunyit sebagai feed additive herbal kita akan
memperoleh daging yang bebas dari ancaman residu bahan – bahan kimia berbahaya,
sehingga tidak ada lagi kekhawatiran untuk mengkonsumsi daging ayam broiler.
Daftar pustaka
Farrell, K.T.
1990. Spices, Condiments, and Seasonings. The AVI Publishing Company Inc.
Westport, Connecticut.
Hidayati, E.,
Juli, N., Marwani, E. (2002). Isolasi Enterobacteriaceae Patogen dari Makanan Berbumbu
dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma longa
L.) Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma
longa L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi. Bandung :Departemen
Biologi, FPMIPA ITB.
Masni, Arif
Ismanto, dan Maria Belgis. 2010. Pengaruh Penambahan kunyit (Curcuma domestica Val) atau Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dalam Air
Minum terhadap Persentase dan Kualitas Organoleptik Karkas Ayam Broiler. Jurnal
Teknologi Pertanian Vol. 6, No. 1 Maret 2010: 7-14.
Pratikno, Herry.
2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma
domestica Vahl) terhadap Bobot Badan Ayam Broiler (Gallus Sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVII, No. 2 Oktober
2010: 39 – 46.
Rahardjo M,
Rostiana O. 2005. Budidaya Tanaman Temulawak. Bogor: Balai Penelitian Obat dan
Aromatika. Sirkuler No. 11.
Shankaracharya,
N.B. dan C.P. Natarajan. 1977. Role of
Spices in Health. J. Health Sci. III : 99, India.
Sidik, Mulyono
MW, Mutadi A. 1995. Temulawak (Curcuma
Xanthorriza Robx). Jakarta : Phyto Medika.
Sinurat, A. P.,
T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, P.P. Ketaren, M. Raharjo dan M. Rizal. 2009.
Pemanfaatan Kunyit dan Temulawak sebagai Imbuhan Pakan untuk ayam Broiler. JITV
Vol. 14 No. 2 Th 2009: 90-96.
Sufiriyatno dan
Mohandas Indradji. 2005. Efektivitas Pemberian Ekstrak Temulawak ( Curcumae xanthoriza) dan Kunyit (Curcumae domestica) sebagai
Immunostimulator Flu Burung pada Ayam Niaga Pedaging. Animal Production Vol. 9,
No. 3 september 2005 : 178-183.
Sumiaty, 1997.
Minuman Berkhasiat dari Temulawak (Curcuma
xanthorriza). Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Yunilas, Edhy
Mirwandhono, dan Olivia Sinaga. 2005. Pengaruh Pemberian Tepung Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb) dalam Ransum
terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu. Jurnal Agribisnis
peternakan Vol. 1, No. 2, agustus 2005: 62-66.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar