Rabu, 16 Juli 2014


LAPORAN PRAKTIKUM
MK. PRODUKSI TERNAK POTONG dan KERJA






Oleh:
Putri Anggraini
NIM : E1C010034






Jurusan Peternakan – Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
Desember 2011



Kata Pengantar


                                                                                                  Assalamualaikum.Wr, Wb.
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada allah SWT, dimana berkat rahmat dan kesempatan yang telah diberikannya sehingga laporan ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas akhir dari kegiatan praktikum mata kuliah ternak potong dan kerja. Laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Dengan selesainya laporan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dwatmadji selaku dosen pembimbing mata kuliah ternak potong dan kerja, yang telah banyak meberi petunjuk, kepada para koAss praktikum ternak potong dan kerja yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan praktikum, serta pihak laboratorium jurusan Peternakan Fakultas pertanian Universitas Bengkulu yang telah memfasilitasi kegiatan praktikum ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, amin.

                                                   Bengkulu, Desember 2011



                                                                                   Penulis









I.     PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang

Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. peningkatan jumlah konsumsi daging ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi daging didalam negeri, sehingga pemerintah harus mengimpor daging dari luar untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Rendahnya produksi daging dalam negeri disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah kurangnya sumber daya manusia yang mengelolahnya. Ternak-ternak potong yang ada di Indonesia sebagian besar dipelihara bukan semata-mata untuk tujuan produksi daging. Hal ini dikarenakan peternak di Indonesia sebagian besar adalah peternak sambilan. Sehingga ternak yang mereka miliki hanya dipelihara seperlunya saja, tidak sesuai dengan manajemen tatalaksana pemeliharaan ternak potong. Ternak mereka hanya diberi pakan secukupnya, bahkan kurang dari kebutuhan dari ternak itu, siklus reproduksinya juga kurang diperhatikan. Mereka tidak punya target peningkatan berat badan untuk ternak mereka. Sedangkan untuk peternak di luar negeri, jika mereka memilhara ternak potong, mereka akan benar-benar fokus pada produksi daging dari ternak mereka.
Permasalahan rendahnya roduksi daging nasional ini menjadi tantangan tersendiri untuk para sarjana peternakan maupun calon sarjana peternakan yang ada di negara ini. Rencana pemerintah untuk menargetkan swasembada daging pada tahun 2014 bisa saja tercapai jika pihak pemerintah dan peternak serta para sarjana peternakan yang ada di Indonesia bekerja sama dengan baik.
Untuk bisa membantu pemerintah mewujudkan swasembada daging nasional, para calon sarjana peternakan terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik untuk bisa mencapai target itu dalam waktu yang cukup singkat. Salah satu yang paling berpengaruh pada produksi daging oleh  ternak adalah manajemen tatalaksana pemeliharaan ternak potong . produksi akan optimal jika manajemen tatalaksana pemeliharaannya bagus dan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Jenis ternak yang termasuk dalam bangas ternak potong adalah semua jenis ternak yang bisa mengahsilkan daging seperti jenis sapi, kerbau, kambing dan domba. Pejantan untuk jenis ternak perah bisa digunakan untuk ternak pedaging karena pejantan ini tidak mempengaruhi produksi susu dari betina. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia tidak terlalu berpengaruh pada tingkat produksi ternak potong yang ada di Indonesia berbeda dengan ternak perah yang produksinya begitu dipengaruhi oleh iklim lingkungan. Jenis bahan pakan yang tersedia di Indonesia juag sangat beragam mulai dari yang kandungan proteinya tinggi, sedang sampai rendah.

1.2    Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan sebaga berikut :
Ø  Agar praktikan mampu menguasai manajemen tatalaksana pemeliharaan ternak potong dan kerja mulai dari cara pengukuran produksi, konsumsi pakan, fisiologis, pemotongan kuku, pencukuran wool domba, kondisi lingkungan, sampai cara pengukuran umur dengan baik dan benar.

















II.       MATERI DAN METODE

2.1    Materi

Ø  Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum mata kuliah produksi ternak potong dan kerja ini adalah:
v  Pita ukur
v  Mistar
v  Termometer
v  Higrometer
v  Sapu lidi
v  Tali tambang
v  Sekop
v  Ember
v  Arit
v  Stopwatch
v  Meteran
v  Termometer lingkungan
v  Timbangan
v  Timbangan anlitik
v  Gunting
v  Wadah
v  Alat tulis
v  Kamera
v  Stetoskop

Ø  Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum mata kuliah ternak potong dan kerja ini adalah :
v  Sapi
v  Kambing
v  Domba
v  Pakan hijaun rumput
v  Pakan konsentrat
v  Air


2.2    Metode
Ø  Pengukuran konsumsi pakan hijauan ternak sapi
Ternak di tempatkan  didalam kandang individual yang telah disediakan, ternak diberi pakan hijaun berupa rumput sebanyak 10% dari berat badannya, pemberian dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pagi siang dan sore. Pakan dicek pada siang hari ,selanjutnya di beri tambahan sesuai kebutuhan ternak. Pada pagi hari sebelum diberi pakan lagi, sisa pakan yang kemarin dtimbang dan dicatat pada form isian tabel konsumsi hijaun rumput. Begitu terus selanjutnya selama 5 hari.

Ø  Pengukuran konsumsi pakan hijauan ternak kambing
Ternak di tempatkan  didalam kandang individual yang telah disediakan, ternak diberi pakan hijaun berupa rumput sebanyak 10% dari berat badannya, pemberian dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pagi siang dan sore. Pakan dicek pada siang hari ,selanjutnya di beri tambahan sesuai kebutuhan ternak. Pada pagi hari berikutnya sebelum diberi pakan lagi, sisa pakan yang kemarin dtimbang dan dicatat pada form isian tabel konsumsi hijaun rumput. Begitu terus selanjutnya selama 5 hari.

Ø  Pengukuran konsumsi pakan konsentrat pada sapi
Ternak di tempatkan  didalam kandang individual yang telah disediakan, ternak diberi pakan hijaun berupa rumput sebanyak 2kg, pemberian dilakukan sebanyak duaa kali dalam sehari yaitu pagi dan siang hari. Pada pagi hari berikutnya  sebelum diberi pakan kansentrat lagi, sisa pakan konsentrat yang kemarin dtimbang dan dicatat pada form isian tabel konsumsi hijaun konsentrat. Begitu terus selanjutnya selama 5 hari.

Ø  Pengukuran konsumsi air minum pada ternak sapi
Ternak di tempatkan  didalam kandang individual yang telah disediakan, ternak diberi air minum  sebanyak 1 ember,pada siang hari jumlah air minum dicek dan kemudian ditambah agar ternak tidak kekurangan air minum. Pada pagi hari berikutnya  sebelum diberi air minum lagi, sisa air minum yang kemarin dtimbang dan dicatat pada form isian tabel konsumsi air minum. Begitu terus selanjutnya selama 5 hari.

Ø  Pengukuran konsumsi air minum pada ternak kambing
Ternak di tempatkan  didalam kandang individual yang telah disediakan, ternak diberi air minum  sebanyak 1.5 liter, pada siang hari jumlah air minum dicek dan kemudian ditambah agar ternak tidak kekurangan air minum. Pada pagi hari berikutnya  sebelum diberi air minum lagi, sisa air minum yang kemarin dtimbang dan dicatat pada form isian tabel konsumsi air minum. Begitu terus selanjutnya selama 5 hari.

Ø   Pengukuran fisiologis ternak sapi, kambing dan domba
Ternak sebelumnya dibuat dalam posisi paralelogram, yaitu posisi ternak berdiri tegak lurus pada suatu bidang datar dengan keempat kakinya membentuk empat persegi panjang. Kemudian dilakukan pengukuran sebagai berikut:
v   Lingkar  dada, Diukur dengan melingkarkan pita ukur pada tulang  iga             kanan dan kiri, tepat pada sternum ketiga atau keempat.
v   Tinggi badan , Diukur dengan mistar ukur dari bidang datar sampai titik tertinggi gumba.
v   Panjang  badan, Diukur dengan mistar ukur  dari  sendi bahu sampai tonjolan tulang duduk (tuber osichii).
v   Berat badan, diukur dengan cara mensubstitusikan ukuran panjang dada, tinggi badan, dan panjang badan kedalam rumus rumus Schoorl, rumus Lambourne, dan rumus Sheiffer.
v   Respirasi, Pengukuran frekuensi respirasi dilakukan dengan mengamati kembang kempisnya perut atau dengan mendekatkan punggung telapak tangan ke dekat hidung ternak. Diukur selama satu menit. Kegiatan ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari selama 5 hari.
v   Temperatur rektal, Pengukuran temperatur rektal dilakukan dengan cara memasukkan termometer yang sudah dinolkan ke dalam rektum kira-kira sepertiganya. Diukur selama satu menit. Kegiatan ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari selama 5 hari.
v   Denyut jantung. Pengukuran denyut jantun dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada bagian dada ternak, dihitung selama 1 menit. Kegiatan ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari selama 5 hari.

Ø   Pengukuran kondisi lingkungan kandang ternak sapi dan kambing
v   Temperatur lingkungan, dilakukan dengan cara menggantungkan termometer ruangan pada bagian atas kandang, temperatur dicatat setiap pagi, siang dan sore hari, selama 5 hari.
v   Kelembaban lingkungan, dilakukan dengan cara menggantungkan higrometer pada bagian atas didalam kandang, kelmbaban dicatat setiap pagi, siang, dan sore hari, selama 5 hari.
Ø Pengukuran produksi ternak sapi dan kambing
Sebelum ternak dimasukkan kedalam kandang individual, ternak terlebih dahulu untuk mengetahui berat badan awalnya, atau berat badan awalnya ditafsirkan dengan mensubstitusikan hasil pengukuran lingkar dada, panjang badan, dan tinggi badan kedalam rumus. Selanjutnya pengukuran atau penafsiran berat badan dilakukan kembali pada hari terakhir untuk melihat perubahan berat badan yang terjadi selama 5 hari.

Ø Pengukuran umur ternak sapi, kambing dan domba
pada sapi  melalui  gigi seri adalah  dengan cara dipegang tali keluhnya dengan tangan kiri dan diraba punggungnya agar tenang, kemudian tangan kanan masuk ke mulut lewat  diastema kemudian ditarik lidahnya, sehingga mulutnya  terbuka dan kemudian foto gigi itu dengan cepat.  Pada  saat inilah  gigi  terlihat bentuk  dan  keterasahannya.  Hal ini   harus dilakukan  secara   cepat agar  ternak  tidak   tersiksa,  dan menghindari lukanya lidah oleh kuku jari.
Cara  melihat gigi seri pada domba atau kambing dilakukan dengan memegang moncong kambing atau domba dengan kedua tangan, kemudian rahang atas atau bibir ditarik hingga kelihatan giginya. Kemudian diamati pergantian gigi seri atau keterasahan gigi permanennya.

Ø  Pencukuran wool domba
Dilakukan dengan cara, domba ditimbang terlebih dahulu, untuk mengetahui berat domba + wool, selanjutnya domba diatur pada kondisi parallelogram gunting woolnya dengan menggunakan gunting kemudian timbang berat wool.





III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1    Konsumsi Pakan

Tabel recording konsumsi pakan dan air minum
Ternak kambing

Nama mahasiswa : 1. Putri Anggraini 2. Rizki Syafitrah



No
Hari/ tanggal
Ternak
Pakan
Konsumsi (kg/hari)
Pemberian
Tambahan
Sisa
Konsumsi
1
kamis 01-12-2011
kambing 1
rumput
1
1,5
0,8
1,7
konsentrat




air minum
1,5

1,4
0,1
kambing 2
rumput
1
1,5
0,75
1,75
konsentrat




air minum
1,5

1,4
0,1
2
jumat 02-12-2011
kambing 1
rumput
1
1,5
0,9
1,6
konsentrat




air minum
1,5

1,4
0,1
kambing 2
rumput
1
1,5
0,9
1,6
konsentrat




air minum
1,5

1,35
0,15
3
sabtu 03-12-2011
kambing 1
rumput
1
1,5
0,8
1,7
konsentrat




air minum
1,5

1,45
0,05
kambing 2
rumput
1
1,5
0,5
2
konsentrat
0,1


0,1
air minum
1,5

1,4
0,1
4
minggu 04-12-2011
kambing 1
rumput
1
2
1,5
1,5
konsentrat
0,1


0,1
air minum
1,5

1,4
0,1
kambing 2
rumput
1
2
1,4
1,6
konsentrat




air minum
1,5

1,4
0,1
5
senin 05-12-2011
kambing 1
rumput
1
2
0,8
2,2
konsentrat




air minum
1,5

1,4
0,1
kambing 2
rumput
1
2
0,5
2,5
konsentrat




air minum
1,5

1,4
0,1

Rata-rata konsumsi hijauan rumput  untuk kambing 1dan 2 untuk kelopok 6 shif 3 adalah sebesar 1,74 kg dan 1,89 kg,untuk kelompok 1, kambing 1dan 1 sebesar 1,84 kg dan 1,77kg, kelompok 2 sebesar 2,14 kg dan 2,16 kg, kelompok 3 sebesar 2,4kg dan 3,14 kg, kelompok 4 sebesar 3,64kg dan 3,3kg, kelompok 5 sebesar 1,94kg dan 1,68kg, kelompok 7 sebesar 1,34kg dan 1,32kg. Sedangkan untuk kelompok 8, datanya kurang jelas. Jika dibandingkan dengan berat badan kambing masing-masing kelompok, pemberian pakan hijauan ini masih bisa dikatakan normal walaupun ada yang sedikit lebih dari 10 % berat badan kambing. Pakan hijauan ini merupakan total pemberian selama 1 hari, jadi pemberian ini sesuia dengan pendapat Sugeng, 1992 yang menyatakan Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan untuk setiap satu kali pemberian.
Sedangkan untuk konsumsi rata-rata air minum kambing 1 dan kambing 2 kelompok 6 shif 3 adalah sebesar 0,9 dan 0,11 liter/hari. Untuk kelompok 1 shif 3 konsumsi air minunya sebesar 0,57 dan 0,18 liter /hari, kelompok 3 shif 3 sebesar 0,3 dan 0,1 liter /hari. Kelompok 4 shif 3 sebanyak 0,17 dan 0,1 liter/hari. Kelompok 5 shif 3 sebesar 0,4 dan 0,18 liter/hari. Kelompok 7 sebanyak 0,9 dan 0,96 liter/hari. Sedangkan untuk kelompok 8, dat yang diberikan kurang jelas. Menurut Mulyono dan Sarwono, 2008, Kebutuhan air minum untuk kambing berkisar 3-5 liter sehari. Jadi jika dilihat dari tabel konsumsi air minum, konsumsi air minum untuk semua kelompok bisa dikatakan normal.
Untuk konsumsi konsentrat, mahasiswa yang mengikuti praktikum pada shif ketiga tiga menggunakan pakan konsentrat.

Tabel recording konsumsi pakan dan air minum


ternak : sapi
Kelompok praktikum : 3(tiga)





Nama : 1. putri anggraini
3. marta aditya gumay


               2. supono
4. m. Ari kurniawan



No
Hari/tanggal
Pakan
Konsumsi (kg/hari)

pemberian
Tambahan
Sisa
konsumsi


Selasa
Rumput
8
15
1,5
21,5

1
12/06/2011
Konsentrat
1
1

2



Air minum
8
8

16


Rabu
Rumput
1
15
2
14

2
12/07/2011
Konsentrat
2


2



Air minum
8
5

13


Kamis
Rumput
8
12
2
18

3
12/08/2011
Konsentrat
1
1

2



Air minum
8
9

17


Jum’at
Rumput
8
15
2
21

4
12/09/2011
Konsentrat
2


2



Air minum
8
9

17


Sabtu
Rumput
8
21
0,5
28,5

5
12/10/2011
Konsentrat
1


1



Air minum
9
8

17















Konsumsi harian rata-rata pakan hijauan untuk ternak sapi kelompok 6 shif tiga adalah sebanyak 20,6kg/hari. Sedangkan untuk kelompok 4 shif tiga adalah sebanyak 25,62kg/hari. Kelompok 2 sebesar 18,76/hari. Sedangkan untuk kelompok 1 datanya tidak diserahkan. Berat ternak sapi kelompok 3 adalah sebesar 20,7kg, jadi jika konsumsi pakan hijauannya sebesar 20,6kg /hari maka konsumsi ini masih normal dan sesuai dengan pendapat Sugeng, 1992 yang menyatakan Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan untuk setiap satu kali pemberian. Pemberian pakan konsentrat diberikan sebanyak 2kg/hari pemberian ini sesuia dengan pendapat Sugeng, 1992 Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan.
Untuk konsumsi air minum harian rata-rata ternak sapi kelompok 3 adalah sebanyak 16 liter/hari. Kelompok 2 sebesar 18,53liter/hari. Kelompok 4 sebanyak 18,3liter/hari. Pemberian air pada ternak diberikan secara edlibitum, agar air selalu ada untuk ternak.

3.2 Produksi
      

Tabel 3. recording perfermance produksi ternak kambing



Kelompok : 6, shif 3





Nama : 1. putri anggraini
ternak : kambing



              2. rizki safitri




NO.
Hari / tanggal
Ternak
Berat Badan(kg)
Tinggi Badan(Cm)
Panjang Badan(cm)
Lingkar Dada(cm)


1
kamis 01-12-2011
kambing 1
7,9
45
36
47

kambing 2
8,1
41
40
45

2
jumat 02-12-2011
kambing 1

46
37
47

kambing 2

42
40
45

3
sabtu 03-12-2011
kambing 1

46
37
48

kambing 2

42,3
40,2
47

4
minggu 04-12-2011
kambing 1

46,5
37,5
48,5

kambing 2

43
40,4
48

5
senin 05-12-2011
kambing 1
9,03
46,5
37,5
49

kambing 2
9,33
43
40,5
48














Pertambahan berat badan ternak kambing 1 dan 2 kelompok 6 shif 3, adalah sebesar 1,4kg. Untuk kelompok 1 sebesar 0,29 kg dan 0,37 kg. Kelompok 2 sebesar 0,7kg dan 1,22kg. Kelompok 3 sebesar 0,17kg dan 1,02 kg. Kelompok 4 sebesar 1,67kg dan 1,66kg. Kelompok 5 data tabel perpormace produksinya tidak ada. Kelompok 7 sebesar 1kg dan 1kg.  Kelompok 8 sebesar 2,8kg dan 3,78kg. Pertambahan berat badan ini didapat dengan mensubstitusikan hasil pengukuran lingkar dada, panjang badan ,dan tinggi badan kedalam rumus scroll. Menurut Wasio (1994), dalam pengukurannya keadaan ternak harus tenang dan posisi nya harus parallelogram, sedangkan dalam praktikum hal ini sulit dilakukan karena kambing  bergerak terus sehinng berpengaruh terhadap pengukuran itu sendiri sehingga hasil pengukuran kurang sempurna.

Tabel recording performance produksi ternak                                          Ternak : Sapi

Kelompok 3 shif 3
Prediksi  Umur : Bulan
Nama Mahasiswa        : 1. supono                                           2. Putri anggraini
                                      3. marta aditya gumai                       4. M ari kurniawan
No
Hari /tanggal
Beart badan
Tinggi badan
Panjang badan
Lingkar dada
1
Selasa
6-12-2011
229,5
117cm
102 cm
150 cm
2
Rabu
7-12-2011

117cm
103 cm
151 cm
3
Kamis
8-12-2011

117cm
103 cm
152 cm
4
Jum’at
9-12-2011

118cm
104 cm
152 cm
5
Sabtu
10-12-2011

243,4
118 cm
104 cm
153 cm

Pertambahan berat badan ternak sapi kelompok 3 shif 3 dalm waktu 5 hari adalah sebesar 13,9kg. Kelompok 2 sebesar 11,3kg. Kelompok 4 sebesar 12,18kg. Sedangkan untuk kelompok 1 data untuk tabel performance produksi ternak sapi tidak ada. Menurut Wasio (1994), dalam pengukurannya keadaan ternak harus tenang dan posisi nya harus parallelogram, sedangkan dalam praktikum hal ini sulit dilakukan karena kambing  bergerak terus sehinng berpengaruh terhadap pengukuran itu sendiri sehingga hasil pengukuran kurang sempurna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan pada ternak antara lain umur, bangsa, jenis kelamin, jenis pakan dan iklim pada daerah yang digunakan untuk memelihara ternak tersebut (iklim tropis, subtropis, dan sedang) (Frandson, 1992). Menurut Reksohadiprodjo (1984), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan ternak adalah akibat stress klimat, yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan, mengurani senggama makanan dan waktu menrenggut hijauan kualitas pakan dan kesehatan ternak.


3.3  Fisiologi

Tabel recording fisiologis ternak

ternak : kambing
Kelompok praktikum : 6



Nama mahasiswa : 1. putri anggraini


                                      2. rizki syafitrah



No.
hari/
tanggal
ternak
waktu
fisiologi
lingkungan
temp.
rektal(°C)
respirasi
(x/menit)
denyut
jantung
temp. Udara (°C)
kelembabban %
1
kamis 01-12-2011
kambing 1
pagi
38,5
34
68
 26
 100
siang

29
70
 31
 84
sore

28
72
 27
 100
kambing 2
pagi
38
36
64


siang

30
74


sore

29
75


2
jumat 02-12-2011
kambing 1
pagi

27
96
 25
 100
siang

24
86
 31
 81
sore

35
92
 26
 83
kambing 2
pagi

31
89


siang

28
85


sore

29
88


3
sabtu 03-12-2011
kambing 1
pagi

32
90
 24
 100
siang

34
76
 31
 74
sore

31
74
 31
 84
kambing 2
pagi

29
73


siang

35
73


sore

34
71


4
minggu 04-12-2011
kambing 1
pagi

29
94
 25
 100
siang

36
90
 30
 76
sore

33
96
 31
 81
kambing 2
pagi

30
88


siang

28
84


sore

31
90


5
senin 05-12-2011
kambing 1
pagi
37,4
29
80
 28
 100
siang

36
84
 31
 71
sore

36
78
 32
 77
kambing 2
pagi
38
35
90


siang

30
80


sore

30
80


 Temperatur rektal rata-rata ternak kambing 1 dan 2 kelompok 6 shif 3 adalah 37,95oC dan 38 oC. Kelompok 1 temperatur rektal rata-ratanya adalah 38,8oC dan 38,6oC. Kelompok 3 temperatur rektal rata-ratanya adalah 38,5oC dan 38,45oC. Kelompok 4 adalah 38oC dan 37,25oC. Kelompok 5 data yang diserahkan tidak lengkap. Kelompok 7 adalah 37,50C dan 34,25oC. Kelompok 8 data yang diserahkan tidak lengkap. kisaran normal temperatur rektal  untuk kambing adalah 39,2 sampai 40ºC (Robert,1999). Hal ini menunjukkan bahwa kambing yang digunakan pada praktikum ini dalam keadaan tidak normal karena tidak sesuai dengan kisaran normalnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi data fisiologis ternak antara lain adalah ukuran tubuh, umur, gerak ternak, suhu lingkungan, kebuntingan, tingkat gerak saluran pencernaan pada rumen (Blakely, 1991).
Frekuensi respirasi rata-rata ternak kambing 1 dan 2 kelompok 6 shif 3 berdasarkan hasil pengukuran adalah sebanyak 31 kali/menit keduanya sama. Untuk kambing kelompok 1 adalah sebanyak 38 kali/menit keduanya sama. Kelompok 2 sebanyak 27 kali/menit keduanya sama. Kelompok 3 sebanyak 28kali/menit dan 27 kali/menit. Kelompok 4 sebanyak 32 kali/menit keduanya sama. Kelompok 5, data yang diberikan tidak lengkap. Kelompok 7 sebanyak 58 kali/menit. Kelompok 8, data yang diserahkan tidak lengkap. Menurut Robert (1999)  Kisaran normal respirasi kambing adalah 15 sampai 25 kali per menit. Respirasi pada kambing pada praktikum melebihi kisaran normal, hal ini disebabkan karena kambing mengalami stres dan juga praktikum dilakukan pada siang hari  suhu sangat panas sehingga respirasi sangat cepat untuk dapat melepaskan panas tubuh yang berlebihan (Swenson, 1993).
Dari data praktikum denyut jantung rata-rata kambing 1 dan 2 kelompok 6 shif 3 adalah sebanyak 83 kali/menit dan 80 kali/menit. Kambing kelompok 1 sebanyak 77 kali/menit dan 80 kali/menit. Kelompok 2 sebanyak  78 kali/menit dan 103 kali/menit. Kambing kelompok 3 sebanyak 57kali/menit dan 49 kali/menit. Kambing kelompok 5 tidak dapat diketahui karena data yang diserahkan tidak lengkap. Kambing kelompok 7 sebanyak 69kali/menit keduanya sama. Kambing kelompok 8 tidak dapat diketahui karena data yang diserahkan tidak lengkap.  Dari data hasil praktikum didapat temperatur rata-rata kandang ternak kambing adalah sebesar 28oC dengan kelembaban sebesar 87 %.


Kelompok Praktikum 3                                                                                  Ternak : Sapi
Nama Mahasiswa        : :1. supono                              2. Putri  anggraini
                       
              3. marta aditya gumai                       4. M. ari kurniawan
No
Hari/tanggal
Waktu
fisiologi



Temperature
rectal
Respirasi
 (x/menit )
D. jantung
( x/menit )
Temp. udara (oc)
Kelembapan udara (%)

1
Selasa
6-12-2011
Pagi
37,20c
25/menit
96/menit
270c
98%
Siang

30/menit
86/menit
330c
66%
Sore

28/menit
90/menit
310c
76%

2
Rabu
7-12-2011
Pagi

31/menit
83/menit
250c
100%
Siang

29/menit
90/menit
310c
84%
Sore

30/menit
92/menit
300c
87%

3
Kamis
8-12-2011
Pagi

28/menit
84/menit
250c
100%
Siang

30/menit
84/menit
310c
74%
Sore

29/menit
89/menit
320c
68%

4
Jum’at
9-12-2011
Pagi

28/menit
82/menit
250c
100%
Siang

35/menit
87/menit
320c
70%
Sore

30/menit
90/menit
339c
69%

5
Sabtu
10-12-2011
Pagi
37,50c
29/menit
82/menit
240c
105%
Siang

/menit
/menit


Sore

/menit
/menit



Dari data hasil praktikum diatas dadapatkan hasil temperatur rektal ternak sapi kelompok 3 shif 3 adalah sebesar 37,35oC. Sapi kelompok 2 adalah sebesar 37,5oC. kelompok 4 sebesar 37,5oC. Sedangkan kelompok 1 tidak diketahui karena data yang diserakan tidak lengkap. Jumlah ini sama dengan kisaran normal yaitu 36,7 ºc sampai 39,1ºc (Robert E, 1999). Temperatur rectal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah temperature lingkungan, aktifitas, pakan, minuman dan pencernaan produksi panas oleh tubuh, secara tidak langsung tergantung oleh makanan yang diperoleh dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran pencernaan (Dunkes 1995).
Dari data hasil praktikum, diketahui respirasi rata-rata ternak sapi kelompok 3 adalah sebanyak 28 kali/menit. Sapi kelompok 2 sebanyak 26 kali/ menit. Sapi kelompok 4 sebanyak 31 kali /menit. Sedangkan kelopok 1 tidak diketahui, karena data yng diserahkan tidak lengkap. Sapi dalam keadaan normal sesuai dengan kisaran normal yaitu antara 24 sampai 42 kali permenit (Robert E, 1999).
Dari data hasil praktikum diketahui denyut jantung rata-rata ternak sapi kelompok 3 adalah sebanyak 87 klai/menit. Sapi kelompok 2 sebanyak 79 kali/ menit. Sapi kelompok 4 sebanyak 83 kali /menit.
Temperatur dan kelembaban di dalam kandang ternak sapi adalah sebesar 29,6oC dan 81,7%. (Dunkes 1995). Temperatur di sekitar kandang  yang normal adalah 25-40 oC (rata-rata 33 oC) dan kelembaban 75%.
 Dari pengamatan penampilan fisik  jenis sai yang dipakai oleh kelompok 3 shif 3 adalah jenis sapi bali. Karena ciri-cirinya sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne, 1993 yang menyatakan bahwa, Sapi Bali berasal dari Bos sundaicus yang sudah mengalami domestikasi (penjinakan). Sapi Bali ini banyak terdapat di daerah Bali, Lombok, Timor, Flores, Sulawesi, Jawa Timur, dan Kalimantan. Sapi ini dipakai sebagai ternak kerja. Sapi ini memiliki tanda-tanda, yaitu : heat toleransinya baik; tinggi badan dewasa ±130 cm dengan berat badan 300 sampai 400 kg, terdapat warna putih pada bagian paha, dan bagian oval putih yang amat jelas pada pantatnya. Salain itu warna bulu pada jantan lebih gelap dari pada yang betina. Pada waktu lahir baik jantan ataupun betina memiliki warna keemasan sampai coklat kemerahan dengan warna terang yang khas pada bagian belakang kaki. Warna hitam menghilang dan warna bulu coklat kemerahan kembali jika dikastrasi.
Dilihat dari foto gigi (terlampir) umur sapi kelompokk 3 shif 3 dapat diprediksi  sekitar 3-4 tahun, hal ini sesui dengan pendapat Soedomo (1984) yang menyatakan  apabila Id 1 menjadi I1 maka umur 1,75–2 tahun. Id 2 menjadi I 2 maka umur 2–2,5 tahun. Id 3 menjadi Id 4 menjadi I 4 maka umur 3–4 tahun. Sedang untuk ternak kambing kelompok 6 shif 3 diprediksikan berumur 1-2 tahun.
3.4 Pencukuran  wooL

No
tanggal
kelompok
Prediksi
Umur
(bulan)
berat
badan(kg)
tinggi
badan
(kg)
panjang
badan
(cm)
lingkar
dada (cm)
produksi
wol
 (Kg)

1
minggu/ 27-11-2011
6

25.4 kg
56 cm
65 cm
67 cm
0.5 kg



2
KAMIS 24 NOVMBER 2011
3

35,5 KG
65 CM
67 CM
81 CM
0,713 KG

4

4

28.2
59
52
68
0.55



5

5

21.55
50
51
63
0.55




Data yang diperoleh dalam praktikum produksi ternak potong dan kerja adalah sebagai berikut: kelompok 5, keadaan tali pusar sudah putus, keadaan  tanduk tidak tumbuh dan keadan gigi sudah terjadi pergantian semuanya, umur tertafsir 3-4 tahun, umur rill tidak diketahui sehingga tidak dapat diketahui selisih kesalahan penafsiran. Sedangkan untuk kelompok lainnya data yang diberikan tidak jelas. Umur domba ditafsirkan dengan mengamati pergantian dan keterasahan gigi seri walupun untuk menentukan cukup sulit, karena perbedaan kedewasaan yang kurang begitu mencolok (Murtidjo, 1999).
 Jumlah gigi domba ada 2 pasang (4 buah), geraham depan 12 buah, geraham belakang 12 buah, geraham belakang 12 buah. Sehingga jumlah gigi domba keseluruhan adalah 32 buah. Gigi seri yang tumbuh  pada usia muda disebut gigi susu, gigi ini kecil agak tajam serta tumbuhnya agak renggang antara satu dengan yang lain. Gigi seri ini sifatnya hanya sementra, karena pada suatu saat akan tanggal  dan diganti oleh gigi seri yang tetap. Pergantian gigi seri susu dengan gigi seri tetap inilah yang dijadikan patokan menafsir umur ternak (litbang Deptan, 1989). Jika dilihat dari jumlah wool yang dihasilkan maka, domba yang menjadi objek praktikum kali ini adalah tipe domba pedaging bukan penghasil wool.











IV.      KESIMPULAN DAN SAARAN

 4.1 Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum mata kuliah produksi ternak potong dan kerja kali nini dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
*                       Ternak potong yang dipelihara dengan manajemen tatalaksana
pemeliharaan yang benar akan menghasilkan produksi yang optimal.
*                       Lingkungan sangat berpengaruh besar pada perkembangan ternak potong,       karena mempengaruhi konsumsi pakan dari ternak.
*                       Umur ternak dapat diprediksi melalui jumlah gigi, produksi domba dapat di prediksi melalui produksi woolnya.

 4.2 Saran

Alangkah lebih baiknya jika praktikum mata kuliah ternak potong dan kerja dilaksanakan diawal semester, agar tidak terlalu tergesa-gesa dan tidak bertabrakan dengan acara praktikum mata kuliah yang lainnya. Karena acara praktikum mata kuliah ternak potong dan kerja, waktu pelaksanaannya cukup lama.



  Daftar Pustaka
                   
Williamson. G. dan WSA, Payne. 1993. An Introduction to Animal  Husbandry in The Tropics. Longman New York
Dukes, H. Hugh. 1993. Duke’s Physiology of Domestic Animal 11th. Camstock Publishing Associates, Ithaca and London.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia .  Jakarta.
Ludgate, Patrick J. 1989. Kumpulan peragaan Dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. Departemen Pertanian. Bogor.
Murtidjo, B. 1990. Beternak sapi Potong. Penerbit Kanisius. Yogyakrta.
Murtidjo, Bambang A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius.Yogyakarta.
Pane, I. 1986. Pemuliaan Ternak Sapi. PT Gramedia. Jakarta.
Parakkasi, Aminuddin. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Volume I B. UI PRESS. Jakarta.
          Parakkasi, Aminuddin. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Volume I B. UI PRESS. Jakarta.
           Reksohadiprodjo. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
           Santosa, U. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.
Sarwono, B. 1993. Beternak Kambing Unggul. Penebar Sw.
Sugeng, B. 1992. sapi Potong. Penebar swadaya. Jakarta.
           Triatmaji, R. R. 2001. Pengaruh Bangsa Pejantan terhadap Pertumbuhan Pra sapih Sapi Potong di Kabupaten Blora. Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
           Toelihere, Mozes R., 1985. Fisiologi Reproduksi Paada. Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Website Resmi Dinas Pertanian Propinsi DIY. http//distan.pemda-diy.go.id
            Williamson. G. dan WSA, Payne. 1993. An Introduction to Animal  Husbandry in The Tropics. Longman New York





































LAMPIRAN


v  Foto gigi kambing kelompok 6 shif 3
 Kambing 1



Kambing 2





v  Foto gigi sapi kelompok 3 shif 3



v  Foto gigi domba kelomok 5 shif 1








Tidak ada komentar:

Posting Komentar